KOMPAS.com — Penyalahgunaan obat tidur menjadi salah satu masalah dalam dunia kesehatan yang semakin mengkhawatirkan. Sebab, hal itu dapat menyebabkan banyak risiko bagi kesehatan fisik dan mental.
Salah satu risiko utama penyalahgunaan obat tidur adalah ketergantungan. Oleh karena itu, penting untuk memiliki pemahaman yang tepat terkait dosis penggunaan obat tidur agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Obat tidur yang digunakan tanpa pengawasan medis berisiko menimbulkan adiksi. Ketika tubuh terbiasa dengan zat tersebut, pengguna akan sulit tidur tanpa obat, bahkan dosisnya dapat meningkat.
Penggunaan obat tidur yang berlebih dapat menimbulkan efek jangka panjang, seperti gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal, hingga gangguan mental seperti kecemasan berlebih atau depresi.
Penyalahgunaan obat tidur sendiri umumnya disebabkan kurangnya informasi yang didapatkan oleh masyarakat. Banyak masyarakat yang menganggap obat tidur sebagai solusi instan mengatasi insomnia tanpa memerhatikan akar permasalahannya.
Padahal, banyak sekali penyebab dari insomnia yang sering kali berhubungan dengan gaya hidup tidak sehat, seperti kebiasaan menggunakan gadget sebelum tidur, konsumsi kafein berlebihan, atau stres yang tidak terkendali.
Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk lebih bijak dalam mengatasi masalah tidur dengan mengubah pola hidup menjadi lebih sehat.
Hal itu dapat dimulai dengan menerapkan sleep hygiene, seperti tidur dan bangun pada jam yang sama setiap hari, menghindari gadget satu jam sebelum tidur, dan menciptakan lingkungan kamar yang nyaman.
Jika masalah tidur tetap berlanjut, konsultasi dengan tenaga medis menjadi langkah penting sebelum memutuskan untuk mengonsumsi obat tidur.
Meski demikian, obat tidur sebaiknya menjadi pilihan terakhir untuk mengatasi insomnia.
Eedukasi mengenai risiko penyalahgunaan obat tidur diharapkan dapat terus ditingkatkan, baik melalui kampanye publik maupun pelatihan bagi tenaga farmasi di lapangan.