KOMPAS.com – Gizi buruk dan malnutrisi masih menjadi tantangan serius yang dihadapi oleh banyak negara, termasuk Indonesia. Tak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik anak, masalah gizi juga berkaitan erat dengan perkembangan kognitif dan potensi masa depan mereka.
Kemiskinan menjadi salah satu kendala utama dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi yang memadai.
Melansir Kompas.id, Rabu (30/6/2025), data Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (UNICEF) menyebutkan bahwa satu dari empat anak di seluruh dunia hidup dalam kemiskinan pangan yang parah.
Artinya, jutaan anak tidak mendapatkan akses terhadap makanan bergizi yang cukup untuk tumbuh sehat dan kuat.
Baca juga: Biaya 6 Kursus atau Les buat Anak-anak, Mulai Coding dan Robotik
Lebih jauh, negara-negara berpendapatan rendah dan menengah kini juga menghadapi tantangan ganda malnutrisi, yaitu kondisi kekurangan gizi yang bersamaan dengan kelebihan berat badan atau obesitas.
Fenomena tersebut memperlihatkan bahwa akses informasi, edukasi gizi, serta pilihan makanan sehat belum merata di seluruh lapisan masyarakat.
Untuk menjawab tantangan tersebut, diperlukan pendekatan yang holistik dan lintas sektor, termasuk dari dunia teknologi.
Inovasi digital dinilai dapat menjadi solusi efektif untuk memperluas jangkauan informasi gizi, meningkatkan kesadaran masyarakat, hingga menciptakan sistem distribusi pangan yang lebih adil dan efisien.
Baca juga: Haruskah Kurikulum Coding dan AI Masuk Sekolah?
Melihat pentingnya peran teknologi dalam isu gizi, Coding Bee Academy menghadirkan International Code Olympiad 2025, ajang kompetisi koding berskala internasional yang melibatkan pelajar dari berbagai jenjang pendidikan dan negara.
Ajang tersebut dirancang bukan sekadar untuk mengasah kemampuan teknis, tetapi juga menumbuhkan kesadaran sosial dan kemampuan berpikir kritis pada generasi muda.
Tahun ini, International Code Olympiad mengusung tema “Innovating Nutrition: Technology for a Healthier Future”. Melalui tema tersebut, para peserta diajak untuk menciptakan solusi digital yang berdampak langsung pada peningkatan kualitas nutrisi, khususnya untuk anak-anak Indonesia.
Managing Director Coding Bee Academy Jeffrey Alimsyah mengatakan, penyelenggaraan olimpiade ini tidak hanya bertujuan untuk menumbuhkan minat terhadap teknologi, tetapi juga menggerakkan anak muda agar terlibat dalam isu-isu sosial yang penting.
Baca juga: AI dan Coding Jadi Mapel Pilihan, Peneliti UGM Ingatkan Soal Literasi Digital
“Melalui International Code Olympiad, kami ingin mendorong dan mencetak generasi muda inovator yang tak hanya jago koding, tapi juga mampu berpikir kritis, kreatif, dan memberikan solusi bagi permasalahan global, seperti pemanfaatan teknologi pada perkembangan nutrisi,” ujar Jeffrey dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Senin (28/7/2025).
Untuk diketahui, olimpiade tersebut dihadiri sejumlah tokoh penting dari dunia pendidikan, teknologi, dan sosial.
Beberapa di antaranya adalah Team Leader for Basic Digital Skills, Centre for Digital Literacy, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) Fahrizal Lukman Budiono, Dosen Program Studi Teknik Informatika Universitas Pasundan (Unpas) Bandung sekaligus influencer bidang teknologi Sandhika Galih, dan Chief Executive Officer (CEO) Coding Bee Academy Catherine Alimsyah.
Selain itu, turut hadir Presiden Yayasan Cheshire Indonesia Barbara Speirs, dan praktisi pendidikan DKV sekaligus CEO Chickenmeet Lukas Handyanto.
Baca juga: OpenAI Rilis Codex, Agen AI yang Bisa Bantu Coding
Tidak hanya kompetisi, olimpiade tersebut juga dirancang sebagai platform kolaboratif bagi para peserta untuk saling berbagi ide, melakukan eksplorasi, hingga mengembangkan proyek berbasis teknologi yang berorientasi pada dampak sosial.
International Code Olympiad menekankan nilai inklusivitas, kerja tim, dan keberanian untuk bereksperimen dalam menghadapi masalah nyata.
Dengan membekali anak muda dengan akses terhadap pendidikan teknologi sejak dini, ajang tersebut turut berperan membentuk ekosistem digital yang mendukung lahirnya generasi pemimpin masa depan.
Ajang tersebut juga mendorong agar generasi muda tidak hanya terampil di bidang teknologi, tetapi juga peduli terhadap tantangan sosial di sekitarnya.
Baca juga: Google Rilis AI Gemini 2.5 Pro Edisi I/O, Lebih Pintar Coding
Mari dukung dan fasilitasi generasi muda untuk belajar koding dan teknologi sejak dini. Melalui pendidikan formal, komunitas, maupun akses terhadap sumber daya digital, setiap langkah kecil dapat melahirkan dampak besar.
Dengan bimbingan dan dukungan yang tepat, anak-anak dapat tumbuh menjadi pencipta solusi yang menjawab tantangan dunia.
Untuk informasi lebih lanjut International Code Olympiad 2025, kunjungi media sosial International Code Olympiad di Instagram @codingbeeacademy dan @codeolympiad2025, YouTube codingbeeacademy, serta laman resmi codeolympiad.tech atau codingbee.id.