KOMPAS.com - Setiap daerah memiliki masa tunggu ibadah haji yang berbeda-beda. Banyaknya jumlah pendaftar dan terbatasnya kuota membuat antrean semakin panjang dari tahun ke tahun. Karena itu, jutaan umat Islam yang telah mendaftar haji harus bersabar menunggu giliran.
Namun, jika seseorang baru mendaftarkan diri tahun ini, kapan kira-kira bisa berangkat ke Tanah Suci? Apakah ada alternatif keberangkatan haji yang lebih cepat?
Sebagai gambaran, Tribun Jatim Network membeberkan bahwa saat ini, lebih dari 1,5 juta calon jemaah asal Jawa Timur masih berada dalam daftar antrean keberangkatan.
Dengan kondisi tersebut, masa tunggu haji di Jatim sekitar 35 tahun. Jika calon jemaah haji mendaftar pada 2025, mereka baru akan mendapat giliran berangkat sekitar 2060.
"Hal ini menandakan kesadaran untuk beribadah haji makin kuat," ucap Kepala Bidang (Kabid) Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian agama (Kemenag) Jawa Timur (Jatim) Muhammad Asadul Anam, mengutip pemberitaan Tribun Jatim, Rabu (23/7/2025).
Mengenai kuota haji 2026 untuk Jatim, Anam menjelaskan bahwa estimasinya sudah bisa diketahui sejak pertengahan Juli. Rencananya, akhir Juli 2025 sudah bisa diketahui.
Sebagai acuan, kuota haji reguler di Jatim setiap tahunnya berkisar 33.000 hingga 35.000 jemaah. Untuk pelaksanaan ibadah haji 2025 yang baru saja selesai, total jemaah dari Jatim mencapai 35.152 orang.
Bagi calon jemaah yang tidak ingin menunggu puluhan tahun, pemerintah menyediakan alternatif jalur keberangkatan di luar kuota reguler, yakni Haji Plus dan Haji Furoda. Keduanya dikelola oleh Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) yang terdaftar resmi di Kemenag.
Haji Plus (ONH Plus) merupakan bagian dari kuota nasional dan dikelola PIHK resmi. Diberitakan Kompas.com, biaya yang diperlukan untuk mendapatkan layanan ini mulai dari Rp 159 juta.
Baca juga: Peringati Milad Ke-36, Persada Indonesia Umumkan Kehadiran Layanan Digital
Sementara itu, Haji Furoda menggunakan visa khusus mujamalah yang dikeluarkan langsung Pemerintah Arab Saudi. Karena tidak masuk dalam kuota pemerintah Indonesia, biayanya jauh lebih tinggi, yakni Rp 975 juta per orang.
Meskipun berbeda jalur dan biaya, baik Haji Plus maupun Furoda sama-sama sah secara hukum. Penyelenggaraan ibadah ini diawasi langsung Kemenang sehingga jemaah tidak perlu khawatir soal legalitasnya.
Kondisi antrean haji reguler yang terlampau lama menimbulkan dilema bagi umat muslim yang ingin menunaikan rukun islam kelima ini. Terlebih, biaya yang harus dikeluarkan juga tidak sedikit.
Merespons keresahan tersebut, biro travel umrah Surabaya, Persada Indonesia, menawarkan solusi untuk calon jamaah yang ingin berangkat ke tanah suci melalui Program Solusi Haji.
Sales Head Persada Indonesia Fitria Yuliani menjelaskan, program tersebut dirancang untuk mempermudah calon jemaah merencanakan keberangkatan ke Tanah Suci dengan biaya terjangkau.
Dengan skema tersebut, calon jemaah hanya perlu menyisihkan Rp 2 juta per bulan untuk bisa mengamankan nomor porsi Haji Plus. Adapun perkiraan masa tunggunya yang ditawarkan lebih realistis, yakni sekitar 7–8 tahun sejak mendaftar.
Baca juga: Ibadah Makin Mudah, Persada Indonesia Hadirkan Solusi Digital untuk Jemaah Umrah
Dalam menjalankan program tersebut, kata Fitria, Persada Indonesia bekerja sama dengan Bank Muamalat.
Persada Indonesia, kata Fitria, bekerja sama dengan Bank Muamalat menghadirkan Program Solusi Haji. Program ini ditujukan untuk Gen Z atau para pekerja yang sudah memiliki penghasilan tetap.
“Mereka bisa mulai menabung dari sekarang agar segera mendapatkan nomor porsi,” jelas Fitria dalam siaran tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (29/7/2025).
Melalui program tersebut, peserta bisa menabung haji mulai dari Rp 2 juta per bulan dengan tenor fleksibel hingga lima tahun. Setelah proses akad dengan Bank Muamalat disetujui, peserta langsung mendapatkan nomor porsi haji tanpa harus menunggu hingga lunas.
Layanan tersebut dapat menjadi solusi cerdas di tengah kondisi antrean haji reguler yang mencapai 35 tahun dan Haji Plus 8 tahun sampai 9 tahun.
“Kalau menundanya setahun saja, masa tunggunya bisa bertambah jadi 10 tahun. Semakin cepat mulai, berangkatnya semakin cepat,” tuturnya.
Persada Indonesia mendorong generasi muda agar tidak menunda rukun Islam kelima. Terlebih, banyak dari mereka yang telah mandiri secara finansial dan mampu mengatur keuangannya sendiri tanpa bantuan orangtua.
Seluruh proses menabung bias dipantau secara transparan melalui mobile banking Bank Muamalat. Ini sejalan dengan prinsip Persada Indonesia yang menjunjung tinggi transparansi dalam setiap layanan ibadahnya.