KOMPAS.COM – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan osteoporosis sebagai salah satu dari 10 penyakit degeneratif utama di dunia. Terdapat sekitar 200 juta orang di dunia yang menderita osteoporosis dan diprediksi akan terus meningkat seiring dengan penuaan populasi dan faktor risiko yang kian masif, seperti kekurangan vitamin D dan kurangnya aktivitas fisik.
Dari fakta yang ditemukan, Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi) melakukan Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional (Pitnas) pada 30-31 Agustus 2024. Tujuannya, memperkenalkan metode-metode terbarukan yang terbukti mampu meningkatkan kemampuan para profesional kesehatan dalam menjalankan tugas pemeriksaan osteoporosis.
Salah satu hal yang menarik dikemukakan dalam pertemuan itu ialah paparan bertajuk “The Role of Artificial Intelligence in Future Diagnostic for Osteoporosis” oleh Konsultan Radiologi Muskuloskeletal Indonesia, dr Paulus Rahardjo, SpRad (K), CCD.
Dalam paparannya, ia menjelaskan tentang inovasi terbaru dari Biomedica, yakni alat pendeteksi berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), OsteoCloud, yang dapat menjadi solusi untuk penanganan osteoporosis di Indonesia. Alat ini digunakan untuk tiga Hal, yakni diagnosis yang cepat, deteksi dini, dan screening osteoporosis secara masif.
Baca juga: Apakah Kalsium Dapat Mencegah Osteoporosis? Ini Penjelasannya...
"Osteoporosis tidak memiliki gejala yang jelas sehingga banyak orang tidak menyadari bahwa mereka menderita Penyakit Ini sampai mereka mengalami patah tulang. Patah tulang bisa sangat mengubah hidup, menyebabkan rasa sakit, cacat, dan kehilangan kemandirian. Itulah penting untuk mendiagnosis osteoporosis sebelum Terjadi Hal itu,” ujar dr Paulus dalam rilis yang diterima Kompas.com, Kamis (12/92024)
Kemajuan teknologi, ujarnya, juga telah melahirkan algoritma AI yang mampu mendeteksi osteoporosis melalui foto sinar-x biasa dari bagian tulang panggul
“Teknologi ini memungkinkan diagnosis osteoporosis dengan cepat dan relatif murah dibandingkan teknologi sebelumnya,” sambungnya.
Sebagai informasi, OsteoCloud merupakan salah satu inovasi dalam bidang kedokteran, khususnya dalam mendeteksi dini osteoporosis. Tersedianya alat ini pada fasilitas kesehatan membawa beragam keunggulan, antara lain biaya yang lebih efisien dibandingkan DEXA BMD untuk mengupayakan aksesibilitas yang lebih baik.
Baca juga: 10 Makanan untuk Mencegah Osteoporosis, Tak Hanya Susu
Kedua, sebagai perangkat yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan, seperti Klinik Ortopedi. Dengan hanya menggunakan perangkat digital x-ray, bahkan yang sudah ada sebelumnya untuk dapat memakai OsteoCloud.
Ketiga, hanya memerlukan waktu enam detik untuk mendapatkan hasil pengukuran dengan tingkat akurasi 96 persen terhadap DEXA sebagai golden standard pemeriksaan kepadatan tulang atau bone mineral densitometry (BMD).
Terakhir, OsteoCloud mampu mengukur T-score dan Z-score, sehingga dapat mendeteksi osteoporosis pada individu yang berisiko dengan usia yang beragam.
Baca juga: Cara Mengatasi Osteoporosis yang Merusak Kepadatan Tulang
Perlu diketahui, OsteoCloud diciptakan untuk menyederhanakan proses deteksi dini dan diagnosis osteoporosis. Pada Langkah awal, Osteo Cloud akan melakukan penilaian pada hasil pencitraan x-ray yang telah dilakukan sebelumnya.
Kemudian, alat tersebut akan melakukan analisis dan mengidentifikasi indikator utama pada kepadatan tulang dan perubahan struktural yang terkait dengan osteoporosis. Selanjutnya, OsteoCloud akan secara otomatis membuat laporan komprehensif yang mengacu kepada kepadatan tulang pasien.
Pada akhirnya, alat juga mampu memberikan laporan yang kemudian dapat diberikan kepada dokter untuk ditinjau dan jadi basis mendiagnosis. Semua proses dilakukan secara singkat dalam kurun waktu enam detik saja.
Dengan metode sederhana tersebut, para tenaga kesehatan tidak memerlukan pelatihan khusus dalam pengoperasiannya. Selain itu, fasilitas kesehatan yang sudah ada berpeluang mampu memanfaatkan OsteoCloud serta tidak perlu menambah tambahan atau hanya perlu menggunakan alat digital x-ray yang sudah ada.
Prevalensi osteoporosis di Indonesia adalah 19,7 persen yang berarti 2 dari 5 orang Indonesia berisiko osteoporosis. Dengan fakta ini, alat dari Biomedica tersebut dinilai mampu untuk dimanfaatkan sebagai solusi dalam mendiagnosis osteoporosis.
Baca juga: Sebelum Terlambat, Mari Sadari Ciri-ciri Osteoporosis
“Seperti yang telah kami lakukan di Taiwan, kami meningkatkan capaian screening osteoporosis secara masif, khususnya pada wilayah-wilayah pedesaan, dan jika melihat tantangan yang ada di Indonesia, baik dari jumlah populasi, maupun hambatan geografis, OsteoCloud akan sangat membantu dalam memacu tingkat screening osteoporosis, baik dalam bentuk program skala nasional, maupun sebagai layanan permanen di fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia,” ujar Founder dan CEO Biomedica, Dr Zhang, Han-Wei.
Sebagai informasi, teknologi inovasi OsteoCloud telah meraih penghargaan 1st Winner of 2022 Intel Open VINO Toolkit Dev Cup dan telah disetujui penggunaannya di berbagai negara, seperti Taiwan, Singapura, dan Vietnam, serta telah digunakan di lebih dari 70 Institusi kedokteran di seluruh dunia.
Baca juga: Apa Saja Penyebab Osteoporosis?
OsteoCloud dari Biomedica juga telah mendapatkan izin edar alat kesehatan (AKL) dari Kementrian Kesehatan RI dengan Nomor Izin Edar: AKL 21501420346L dengan PT Medika Integrasi Teknologi sebagai perwakilan tunggal (sole-representative) di Indonesia.
Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa mengunjungi website berikut. Sementara untukrequest demo aplikasi, hubungi Raymond Murtihardjana melalui email raymond.m@medika-it.com