KOMPAS.com — Kesadaran akan inklusivitas di berbagai sektor kehidupan semakin meningkat. Salah satu sektor yang mulai mendapatkan perhatian khusus adalah dunia kerja.
Saat ini, banyak organisasi dan perusahaan berusaha untuk menciptakan lingkungan ramah bagi semua individu. Meski ada kemajuan, banyak tantangan masih belum terselesaikan saat menciptakan tempat kerja inklusif, terutama bagi penyandang disabilitas.
Para penyandang disabilitas sering kali menghadapi hambatan yang tidak bisa dirasakan orang kebanyakan di lingkungan kerja, salah satunya dalam hal aksesibilitas.
Hal itu terlihat melalui bangunan yang hanya mementingkan estetika dan tidak ramah disabilitas. Selain itu, hambatan non-fisik, seperti kebijakan atau stigma di tempat kerja, pun masih sulit untuk dihilangkan.
Padahal, aksesibilitas di tempat kerja bukan hanya soal fasilitas fisik, melainkan juga budaya yang mendukung, seperti pelatihan inklusif, komunikasi jelas, dan peluang setara.
Beberapa tantangan itu sering kali disebabkan oleh kekurangan pemahaman atau informasi dalam menyusun kebijakan yang mendukung penyandang disabilitas sehingga solusi praktis sulit diterapkan.
Untuk mendukung inklusivitas dan kesetaraan kesempatan kerja, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemenkomdigi) dengan Yayasan Paradifa Prama Indonesia bekerja sama menyelenggarakan seminar “Aksesibilitas Kerja untuk Penyandang Disabilitas”.
Seminar tersebut merupakan bagian dari peringatan Hari Disabilitas Internasional 2024 di South Quarter, Jakarta Selatan, Sabtu (14/12/2024).
Penyelenggaraan seminar itu dilakukan untuk menguatkan komitmen BAKTI Komdigi dalam melakukan pemerataan akses teknologi dan informasi serta mendorong penciptaan lingkungan kerja yang inklusif dan berkeadilan bagi penyandang disabilitas.
Pada acara tersebut, beberapa narasumber hadir untuk memberikan pengetahuan dan informasi terkait aksesibilitas kerja bagi penyandang disabilitas dari berbagai sudut pandang.
Narasumber itu meliputi perwakilan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Dr Gati Gayatri, MA yang memaparkan tantangan ilmiah, Perwakilan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) Amanda Yulina yang menjelaskan tentang kebijakan pemerintah, perwakilan Grab Indonesia Fransisca Febriani yang membahas peran sektor swasta, serta perwakilan Yayasan Berdaya Menembus Batas Yesaya Rapha yang memberikan contoh program pemberdayaan.
Untuk memaksimalkan penyebaran informasi, acara tersebut mengundang banyak pihak dari berbagai latar belakang, mulai dari pemerintah, perusahaan, organisasi penyandang disabilitas, hingga mahasiswa.
Dalam sambutannya, Ketua Yayasan Paradifa Indonesia Echi Pramitasari mengatakan bahwa seminar itu merupakan langkah awal dalam mendorong perubahan positif di dunia kerja.
“Kami berharap, seminar ini bisa membuka ruang diskusi konstruktif, memunculkan ide-ide baru, dan mempererat sinergi lintas sektor untuk mewujudkan lingkungan kerja yang lebih inklusif,” ujar Echi dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (24/12/2024).
Direktur Utama BAKTI Komdigi dan sponsor utama acara Fadhilah Mathar mengatakan bahwa aksesibilitas kerja bagi penyandang disabilitas menjadi isu yang tidak hanya membutuhkan perhatian, tetapi juga aksi nyata dari semua pihak.
Menurutnya, dunia kerja yang inklusif memerlukan kerja sama lintas sektor, mulai dari pemerintah, dunia usaha, hingga komunitas.
Oleh karena itu, lanjut Fadhilah, pihak-pihak tersebut harus saling bersinergi dan memastikan kebijakan ataupun regulasi yang berlaku dapat mendukung dan menyediakan insentif bagi perusahaan untuk mempekerjakan penyandang disabilitas, memastikan pelatihan, serta fasilitas yang diperlukan.
“Dalam hal ini, BAKTI Komdigi memiliki tanggung jawab untuk berperan dalam mewujudkan aksesibilitas, terutama melalui digitalisasi,” tutur Fadhilah.
Echi melanjutkan, penyelenggaraan seminar tersebut diharapkan dapat mendorong langkah konkret oleh semua pihak untuk memperbaiki aksesibilitas kerja bagi penyandang disabilitas.
Melalui acara tersebut, kata Echi, Yayasan Paradifa Prama Indonesia juga berkomitmen untuk terus memperjuangkan inklusivitas dan kesetaraan, serta menyelenggarakan kegiatan serupa di masa depan.
Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai inisiatif yang dilakukan oleh Yayasan Paradifa Indonesia, sila kunjungi laman Instagram @paradifaindonesia.