Membaca Djoko Pekik lewat Karyanya, Yuswantoro Adi: Bulan Purnama Mengajarkan Toleransi Antarumat

Kompas.com - 22/02/2024, 08:09 WIB
Anissa Dea Widiarini,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

Lukisan ?Bulan Purnama? karya maestro lukis Indonesia, Djoko Pekik.dok. Talenta Organizer Lukisan ?Bulan Purnama? karya maestro lukis Indonesia, Djoko Pekik.

KOMPAS.com – Di bawah sinar bulan purnama 

Hati susah jadi senang 

Si miskin pun yang hidup sengsara 

Semalam itu bersuka

Itulah penggalan lagu Di Bawah Sinar Bulan Purnama. Sebuah lagu lawas bergenre keroncong ciptaan R Maladi itu menggambarkan bahwa terjadinya bulan purnama merupakan suatu peristiwa istimewa. 

Jika liriknya dibaca secara lengkap, lagu itu juga bercerita tentang keindahan alam dengan tiga penggalan lirik yang terdengar lucu sekaligus optimistis pada bagian refrain. 

Cerita dalam lagu Di Bawah Sinar Bulan Purnama itu tidak jauh berbeda dengan kisah yang dituangkan salah satu maestro lukis Indonesia, Djoko Pekik, dalam lukisan berjudul “Bulan Purnama” yang dibuat pada 2015. 

Lukisan tersebut bercerita tentang keindahan dan kebahagiaan atau hal yang erat dengan sesuatu bersifat menyenangkan serta berpengharapan. 

Pelukis Yuswantoro Adi mengatakan, lukisan itu diciptakan Djoko Pekik untuk memperingati Hari Raya Waisak sekaligus bercerita tentang keharmonisan bermacam-macam agama di Indonesia. 

Baca juga: Mengenang Djoko Pekik dan Lukisan-lukisan yang Berbicara

“Mungkin sang Maestro ingin menggambarkan suatu peristiwa keagamaan umat Buddha di negara dengan masyarakat mayoritas Muslim, bisa dilaksanakan dengan damai, saling toleransi antarumat beragama, bahkan saling menjaga satu sama lain,” kaya Yuswantoro dalam rilis yang diterima Kompas.com, Rabu (21/2/2024). 

Yuswantoro bercerita, Djoko Pekik merupakan anggota Sanggar Bumi Tarung yang merupakan bagian dari Kelompok Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). Semasa muda, Djoko Pekik mendirikan sanggar seni bernama Bumi Tarung. 

Menurut Agus Dermawan T dalam buku Podium Sahibulhikayat, sanggar tersebut didirikan bersama dua sahabatnya yang juga seniman terkenal, yakni Amrus Natalsya dan Misbach Tamrin.

“Ketiganya bersama-sama menciptakan karya-karya seni yang kini tersimpan rapi di berbagai museum dan arsip nasional,” ujarnya. 

Baca juga: Maestro Lukis Djoko Pekik Meninggal Dunia

Bersama Amrus Natalsya juga, Djoko Pekik bergabung dengan Lekra yang kredonya adalah menciptakan karya terinspirasi setelah melakukan aksi Turun ke Bawah (Turba) ke kawasan miskin dan terisap.

Hal itu sejalan dengan aktivitas Lekra yang kerap melukiskan realisme sosial yang dibumbui dengan nilai-nilai kerakyatan, baik dalam bentuk kritik maupun opini atas kondisi sosial kemasyarakatan.

Hal menarik dari lukisan “Bulan Purnama”

Yuswantoro melanjutkan, terdapat dua hal menarik dari Djoko Pekik dan keanggotaannya di Lekra. Pertama, konsistensi alias keteguhan pelukis Djoko Pekik atas pilihan ekspresinya.

Menurutnya, Djoko Pekik setia dengan tema kerakyatan pada semua lukisannya, terutama dengan gaya lukis realism expressionistic yang kuat. Hal ini dapat terlihat dari brushstroke atau goresan kuas yang artistik.

“Karyanya tidak hanya berhasil membuat narasi yang meyakinkan, tetapi juga mampu mempertunjukkan jiwa pada obyek yang dilukisnya. Pak Pekik mampu menghidupkan mereka sebagai subyek,” tuturnya. 

Kedua, lukisan “Bulan Purnama” memiliki begitu banyak lapisan. Pada bagian latar belakang, kata dia, terdapat gambar Candi Borobudur dan gunung yang skalanya setara, lengkap dengan awan yang menari-nari. 

Baca juga: Djoko Pekik, Seniman di Balik Lukisan Berburu Celeng

Lapisan berikutnya berisi tiang lampu, penjor (rangkaian janur), bendera, dan aneka properti lain yang arahnya disesuaikan dengan arah gerakan asap di belakangnya. Kemudian, agar tidak monoton, gambar tersebut diimbangi dengan lampion (lampu kertas) yang terbang agak statis.

Dari lapisan tersebut hingga ke latar depan, berturut-turut nampak sekumpulan manusia yang sebagian besar tampak dari belakang dengan baju berbeda warna di tiap kelompoknya.

“Kemudian, ini sungguh wow! Lukisan itu ‘dikunci’ dengan penampakan bulan bulat penuh di pojok kanan atas. Lihatlah betapa kecerdasan visual yang dimiliki oleh pelukis idola sekaligus kawan baik saya ini,” ujar Yuswantoro. 

Dengan meletakkan gambar bulan di pinggir lukisan, imbuhnya, membuat komposisi lukisan menjadi unik sekaligus artistik. 

Baca juga: Kisah Djoko Pekik di Balik Lukisan Berburu Celeng Senilai Rp 1 Miliar

Yuswantoro menilai, secara “gambar”, lukisan “Bulan Purnama” telah memperlihatkan harmonisasi. Dengan begitu, dapat terbaca dengan jelas keharmonisan antarumat beragama yang menjadi gagasan, konsep, atau narasi utama lukisan tersebut. 

Keharmonisan itu, katanya, semakin lengkap dengan detail yang Djoko Pekik lukiskan secara ekspresif, bukan dengan dengan pendekatan realisme plastis. Hal ini justru mengajak orang-orang yang melihat menjadi penasaran dan mengamatinya secara saksama. 

“Ketika melihat dari dekat, kita akan menemukan hal baru yang belum didapatkan saat melihatnya secara sepintas,” imbuhnya. 

Terkait hal tersebut, Yuswantoro mengaku tidak bisa menjelaskannya secara terperinci. Sebab, setiap orang boleh punya interpretasi alias penafsiran yang berbeda sesuai dengan subyektivitas masing-masing. 

Baca juga: Kisah Maestro Lukis Djoko Pekik, Hidup Dikucilkan Masyarakat karena Eks Tapol

“Begitulah bentuk komunikasi paling jernih dalam menilai lukisan. Sedikit bocoran, Pak Pekik memang juara soal komunikasi lukisan macam ini. Setiap karyanya selalu punya daya gelitik yang luar biasa,” katanya. 

Sebagai informasi, lukisan “Bulan Purnama” terakhir dipamerkan oleh Talenta Organizer di Popup Gallery Talenta, Plaza Indonesia. 

Untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai karya tersebut, Anda bisa mengirim email ke talentaorganizer@gmail.com atau mengunjungi Instagram @talenta_organizer. 

Terkini Lainnya
Celana Chino, Evolusi Gaya dari Medan Perang hingga Jalanan Kota
Celana Chino, Evolusi Gaya dari Medan Perang hingga Jalanan Kota
KILAS UMKM
Nikmati Keseruan Nonton Langsung Balapan Kailash MX GTX Open 2025, Simak Tip Amannya Berikut
Nikmati Keseruan Nonton Langsung Balapan Kailash MX GTX Open 2025, Simak Tip Amannya Berikut
KILAS UMKM
Cara Seru Jelajahi Alam Bali dengan ATV di Ubud
Cara Seru Jelajahi Alam Bali dengan ATV di Ubud
KILAS UMKM
Rayakan Hari Jadi Ke-3, Gently Sumbangkan 3.000 Produk Perawatan Bayi
Rayakan Hari Jadi Ke-3, Gently Sumbangkan 3.000 Produk Perawatan Bayi
KILAS UMKM
Liburan Antimainstream di Bali, Sensasi Off-road Seru dengan ATV Quad Bike
Liburan Antimainstream di Bali, Sensasi Off-road Seru dengan ATV Quad Bike
KILAS UMKM
Mau Jual atau Beli Properti? Hubungi 9PRO yang Punya Jaringan Mitra Ternama
Mau Jual atau Beli Properti? Hubungi 9PRO yang Punya Jaringan Mitra Ternama
KILAS UMKM
Hadirkan Layanan Mewah dan Tepercaya, IniĀ 3 Travel Umrah Langganan Artis
Hadirkan Layanan Mewah dan Tepercaya, IniĀ 3 Travel Umrah Langganan Artis
KILAS UMKM
Bergaya ala K-Drama lewat Lensa dengan Layanan Fotografi di Korean Artiz Studio
Bergaya ala K-Drama lewat Lensa dengan Layanan Fotografi di Korean Artiz Studio
KILAS UMKM
Bahaya Mandi Langsung Setelah Olahraga Berat
Bahaya Mandi Langsung Setelah Olahraga Berat
KILAS UMKM
Amankah Olahraga Malam Hari?
Amankah Olahraga Malam Hari?
KILAS UMKM
Jangan Abai! Ini Pentingnya Peka terhadap Sinyal Tubuh
Jangan Abai! Ini Pentingnya Peka terhadap Sinyal Tubuh
KILAS UMKM
Kebiasaan Rebahan Setelah Makan Bisa Ganggu Pencernaan
Kebiasaan Rebahan Setelah Makan Bisa Ganggu Pencernaan
KILAS UMKM
Suka Ngemil Tengah Malam? Ini Dampaknya bagi Kesehatan
Suka Ngemil Tengah Malam? Ini Dampaknya bagi Kesehatan
KILAS UMKM
Jaga Kesehatan Mental, Ini Pentingnya Puasa Medsos
Jaga Kesehatan Mental, Ini Pentingnya Puasa Medsos
KILAS UMKM
Sering di Ruangan Ber-AC? Waspadai Risiko Dehidrasi
Sering di Ruangan Ber-AC? Waspadai Risiko Dehidrasi
KILAS UMKM

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke