KOMPAS.com – Yayasan Gugah Nurani Indonesia (GNI) menyelenggarakan Communal Branding Festival 2023 dan Awarding Kampunge Arek Suroboyo Ramah Perempuan dan Anak (KAS-RPA) 2023 di Balai Kota Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (25/11/2023).
Pada acara tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memberikan penghargaan kepada 19 kampung yang berhasil menjadi “Kampung Responsif” dalam menangani masalah perempuan dan anak, serta 5 “Kampung dengan Produk Unggulan Terbaik” yang berhasil mengembangkan produk usaha mikro kecil dan menengah ( UMKM) selama program Communal Branding.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyampaikan bahwa Communal Branding Festival sangat penting dalam mengupayakan peningkatan perekonomian Kota Surabaya. Sebab, dalam program ini, para pelaku UMKM diajarkan cara untuk menghasilkan usaha yang luar biasa, mulai dari branding, cara penjualan, sampai keuangan.
“Setiap wilayah di Surabaya punya karakter masing-masing. Saya semakin bangga karena Surabaya saling melengkapi dan menyempurnakan. Ini yang saya cita-citakan ketika ingin membangun Surabaya. Terima kasih sekali untuk stakeholder yang terlibat,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (22/1/2024).
Sebagai informasi, Communal Branding Festival 2023 merupakan hasil kerja sama antara Dinas Koperasi dan Perdagangan Kota Surabaya, Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS), dan Universitas Ciputra (UC) Surabaya.
Festival itu menjadi puncak dari rangkaian program pendampingan untuk memperkenalkan produk-produk yang telah mengalami rebranding.
GNI sendiri adalah non-governmental organization (NGO) yang berfokus pada perlindungan anak. Yayasan ini telah melakukan upaya-upaya terbaik demi tujuan tersebut sekaligus memberdayakan masyarakat di Kota Surabaya sejak 2012. Salah satunya adalah melalui pemberdayaan di bidang ekonomi.
Sekretaris GNI Agustina Rina Satdewi menyampaikan bahwa dukungan GNI untuk ekonomi kreatif merupakan upaya dalam mendukung tercapainya satu indikator keberhasilan dan penilaian KAS-RPA.
"GNI peduli pada penguatan ekonomi keluarga agar berperan optimal dalam pemenuhan hak anak. Harapannya, dengan tumbuhnya kampung kreatif dan produktif, tidak hanya menyejahterakan keluarga, tapi juga mampu menciptakan lingkungan yang harmonis untuk tumbuh kembang anak,” ucapnya.
Tim dosen dan mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) dari ITS dan UC secara intensif melakukan pendampingan bagi kampung dengan produk unggulan yang berada di 31 kecamatan di Kota Surabaya.
Pendampingan Communal Branding yang dilakukan sejak Juni 2023 telah menguatkan sebanyak 208 pengusaha lokal dan 31 orang anak muda. Mereka dilatih dan diberikan penguatan terkait materi communal branding, serta promosi melalui media digital dan media sosial.
Beberapa media komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) yang telah difasilitasi untuk pengembangan kampung dengan produk unggulan di antaranya adalah buku dan video profil untuk kampung, film pendek bagi kampung terbaik, serta media promosi, seperti signboard, banner, kartu nama, dan stiker produk.
Program Manager GNI Cicik Sri Redjeki menjelaskan bahwa menyatukan beberapa bisnis yang sama dari sebuah kampung menjadi sebuah brand akan membuka peluang yang lebih baik.
Peluang itu bisa dalam bentuk perbaikan kualitas, kemudahan pengurusan perizinan, menekan biaya pengiriman bahan baku dan produksi, serta menjangkau pasar yang lebih luas.
Cicik mencontohkan Sambal Koepangkoe yang terdiri dari beberapa usaha individu.
“Dikumpulkan dan dibangun merek. Dari sana, diseragamkan kualitasnya, kemasannya, pengurusan izin produk, sertifikasi halal, dan lain-lain yang biasanya berat dan cukup mahal untuk diurus oleh usaha kecil individu," ujar Cicik.
Selain itu, ia menyebutkan bahwa terdapat hal menarik lainnya dari program Communal Branding. Salah satunya, mendorong Kampung Produk Unggulan di 31 Kecamatan Surabaya agar turut peduli dengan kondisi masyarakat di sekitar.
Kepedulian itu ditunjukkan dengan cara menyisihkan sedikit keuntungan usaha untuk upaya perlindungan anak dan perempuan.
"Mereka menyisihkan sekitar 2,5 persen sampai 10 persen hasil penjualan dan diberikan pada Yayasan Kanker Indonesia yang menaungi anak-anak yang sedang menjalani pengobatan kanker. Langkah ini merupakan bentuk edukasi awal kepada komunitas untuk saling peduli, berbagi, dan hidup dalam harmoni,” tutur Cicik.